Dahulu pada
zaman Kerajaan Galuh Padjajaran masih berdiri, agak sulit bagi Sunan Gunung Djati untuk mengetahui gerak gerik para prajurit
kerajaan tersebut, akhirnya banyak prajurit telik sandi atau semacam
intel(mata-mata) yang melakukanpenyamaran guna memata-matai Kerajaan Galuh Padjadjaran.Penyamaran yang
dilakukan para prajurit telik sandi tadi bermacam-macam bentuknya. Salah
satu di antaranya adalah dengan menyamar sebagai wanita.
Dengan cara inilah, diharapkan pasukan. Sunan Gunung Djati dapat menyusup untuk mengetahui kekuatan yang dimiliki Kerajaan Galuh Padjadjaran. Konon, penyamaran yang dilakukan tersebut membawa keberhasilan bagi misi pasukan Sunan Gunung Djati. Dari penyamaran inilah kemudian muncul tarian Ronggeng Bugis, yang semua penarinya adalah laki-laki dengan make-up dan aksesoris layaknya seorang perempuan. Tarian Ronggeng Bugis ini, memiliki sejumlah dimensi khusus dan melambangkan keagungan prajurit- prajurit Sunan Gunung Djati dalam mengabdi kepada bangsa dan negaranya, walaupun harus rela menyamar sebagai seorang wanita.
Dengan cara inilah, diharapkan pasukan. Sunan Gunung Djati dapat menyusup untuk mengetahui kekuatan yang dimiliki Kerajaan Galuh Padjadjaran. Konon, penyamaran yang dilakukan tersebut membawa keberhasilan bagi misi pasukan Sunan Gunung Djati. Dari penyamaran inilah kemudian muncul tarian Ronggeng Bugis, yang semua penarinya adalah laki-laki dengan make-up dan aksesoris layaknya seorang perempuan. Tarian Ronggeng Bugis ini, memiliki sejumlah dimensi khusus dan melambangkan keagungan prajurit- prajurit Sunan Gunung Djati dalam mengabdi kepada bangsa dan negaranya, walaupun harus rela menyamar sebagai seorang wanita.
Tarian ini memiliki daya tarik tersendiri, karena selain yang menari semuanya laki-laki, gerak tubuh para penari ini terasa kaku dan menimbulkan kesan lucu. Hal ini tidak terlepas dari tugas penyamaran yang mereka lakukan, sehingga gerakan yang bersifat waspada pun harus tetap diperlihatkan pada saat sedang menari, takut kalau penyamaran tadi diketahui oleh musuh- musuhnya. Bagaimana pun mereka yang menari ini adalah para prajurit yang sudah terlatih di medan perang, sehingga sikap waspada perlu terus ditingkatkan. Apalagi mereka membawa misi khusus guna mengetahui kekuatan lawan. Ronggeng Bugis juga merupakan salah satu jenis tarian yang merupakan tari yang berkembang di Cirebon Jawa Barat.
Beberapa sumber menyebutkan bahwa tarian ini dilahirkan pada masa dimana pembentukan Kerajaan Cirebon oleh Sunan Gunung Djati pada tahun 1482. Awal mula terbentuknya dan lahirnya tarian Ronggeng Bugis ini adalah sebagai samaran atau menyamar dalam kegiatan memata-matai musuh. Tari yang dimainkan oleh kaum laki-laki ini didandani seperti perempuan dan ditampilkan dalam bentuk sendra tari yang mengandung unsur humoris. Kata “Bugis” yang melekat pada nama tari Ronggeng Bugis ini identik dengan nama salah satu suku bangsa di Pulau Sulawesi bagian selatan selain suku bangsa Makassar, dan Toraja.
Kaitan antara Kerajaan Cirebon dengan suku Bugis ini adalah bahwa orang-orang bugis telah menjadi bagian dari pasukan telik sandi Cirebon sehingga namanya menjadi Ronggeng Bugis. Menurut sumber lain, Ronggeng Bugis adalah ronggeng yang berasal dari Bugis, Sulawesi Selatan. Keberadaan Ronggeng Bugis ini berawal saat Sunan Gunung Jati pada tahun 142 Masehi menyatakan kemerdekaan negara Cirebon, yang terlepas dari kekuasaan Maharaja Pakuan Pajajaran.
Pada saat itu, negara Cirebon memiliki pasukan Telik Sandi (Prajurit Sandi Yuda) yang melakukan kegiatan spionase(spionase sendiri adalah suatu praktik pengintaian, memata-matai untuk mengumpulkan informasi mengenai sebuah organisasi atau lembaga yang dianggap rahasia tanpa mendapatkan izin dari pemilik yang sah dari informasi tersebut) di wilayah Pajajaran untuk mengetahui reaksi dari pernyataan kedaulatan penuh negara Islam Cirebon. Pasukan tersebut merupakan yang anggotanya terdiri atas orang-orang berani, bermental kuat serta pandai menyamar.
Dalam perjalanan waktu yang panjang, kerajaan Cirebon dibantu prajurit-prajurit Bugis, baik di Era Galuh, masa Portugis, maupun masa Kolonial. Keberadaan prajurit Bugis dalam waktu cukup lama telah menyebabkan mereka membentuk komunitas lengkap dengan budaya asal mereka. Secara umum, kata ronggeng adalah penari wanita atau tandak, primadona sebagai teman menari, misalnya pada tayuban(Tari Tayuban , atau acara Tayuban, merupakan salah satu kesenian Jawa Tengah yang mengandung unsur keindahan dan keserasian gerak.
Tarian ini mirip dengan tari Jaipong dari Jawa Barat. Unsur keindahan diiikuti dengan kemampuan penari dalam melakonkan atau menampilkan tari yang dibawakan). Bugis adalah nama tempat yang sekarang dikenal dengan Makasar. Dengan demikian, pengertian Ronggeng Bugis adalah tarian yang berasal dari Bugis, Tari Ronggeng Bugis ini tercipta atau diilhami dari kisah sejarah masa lalu, saat Kerajaan Cirebon dibantu oleh Kerajaan Bugis, baik di era Galuh, masa Portugis, maupun masa kolonial. Ketika bantuan Kerajaan Bugis tidak diperlukan lagi, mereka kembali ke Bugis. Sebagian kecil sisanya meninggalkan diri karena telah merasa betah dan terikat perkawinan dengan orang Cirebon. Pementasan Ronggeng Bugis diiringi oleh gamelan/waditra yang terdiri atas kelenang, gong kecil, kendang kecil, kecrek, dan saron.
Para penari semuanya laki-laki yang menggunakan kebaya berwarna menyolok dan terang. Sanggul kecil ditempelkan di belakang kepala pada posisi miring. Make up mencolok dan gambar bibir yang miring sehingga perpaduan seluruh hiasan yang digunakan memunculkan kesan lucu yang mengundang tawa. Tata rias dan pakaian yang digunakan tidak selamanya baku. Semua dapat berubah-ubah sesuai dengan bayangan kesan yang akan mengundang gelak tawa penonton.
Jumlah penari pada satu pementasan tidak ditentukan secara khusus. Rata-rata berjumlah antara empat sampai dengan sembilan orang. Jumlah penari akan disesuaikan dengan luas arena pertunjukkan. Tarian tersebut rata-rata memerlukan arena cukup luas karena dilakukan dengan gerakan lincah, penuh gerakan atraktif, dan dilakukan oleh beberapa penari. Atraksi tari dimulai dengan munculnya seorang penari yang memperagakan gerakan lucu. Gerakan tarian yang dibawakan beritmik pelan dan gemulai. Setelah itu, muncul enam penari lain beriringan melakukan gerakan tari yang sama, berlenggang-lenggok dengan berbagai gerakan. Gerakan selanjutnya adalah gerakan yang mengandung cerita lucu. Berbagai gerakan lucu tersebut berlangsung antara sepuluh hingga lima belas menit. Kelucuan tidak terbatas pada gerakan, juga memanfaatkan hiasan yang dikenakan. Misalnya sanggul salah seorang penari copot, lalu sanggul tersebut dilemparkan ke arah pemain gamelan, dan lain sebagainya.
Jalannya pertunjukan, apabila dilakukan pada panggung pertunjukan diawali dengan waktu kurang lebih selama 5 menit. Penari keluar pada penampilan pertama gerak tarinya masih lembut. Pada penampilan berikutnya gerak tarinya lincah dan dinamis, semua anggota tubuh termasuk mata, mulut dan rambut digerakkan dengan lucu dan di dominasi oleh gerak mengintai, memata-matai dan mengawasi. Apabila telah dianggap cukup waktunya, maka pertunjukan diakhiri dengan gerak tari berjalan. Penari Telik Sandi biasa ditarikan oleh minimum 4 orang bahkan bisa sampai belasan orang. Namun setiap individu penari bisa melakukan improvisasi gerakannya sesuai dengan gaya masing-masing. Jadi asal mula tarian Ronggeng Bugis ini adalah dilatarbelakangi oleh ketegangan yang terjadi antara kerajaan Cirebon dengan Kerajaan Islam. Sunan Gunung Djati sebagai Raja Cirebon saat itu menyuruh seorang kerabat kerajaan yang berasal dari Bugis untuk memata-matai atau saat itu dikenal dengan istilah telik sandi Kerajaan Padjajaran.
0 komentar:
Posting Komentar