Latar Belakang Tari Ronggeng Bugis


Latar Belakang Tari Ronggeng Bugis
RONGGENG BUGIS sepintas merupakan tarian yang aneh dan tak lazim. Saya sebut tak lazim karena tari ini terkesan mengutamakan mbodor (melawak). Menimbulkan tawa geli penontonnya menjadi tujuan panggung tari. Ini tentu berbeda dengan tari lain yang selalu menimbulkan rasa takjub. Bahkan membuat orang merenung, mengkhidmati ataupun menyerapi sebuah makna dan keindahan dalam sebuah gerak.

Dalam tari yang tak lazim tersebut, para penari yang semuanya pria mengenakan busana yang biasa dipakai perempuan: kebaya. Baju adat itu pun berwarna sangat mencolok, merah atau kuning. Lengkap dengan motif bunga yang disertai dengan sinjang batik bermotif mega mendung.

Gerakan tari mereka terkesan asal-asalan dan sesekali meniru gaya seorang bodor, komedian Cirebon. Beberapa adegan bahkan memungkinkan para penari ‘menggoda’ dan menghampiri penonton untuk ikut menertawakan tingkah mereka.


Asal mula tari Ronggeng Bugis, dilatar belakangi ketegangan yang terjadi antara kerajaan Cirebon dengan Kerajaan Islam. Sunan Gunung Djati sebagai Raja Cirebon saat itu menyuruh seorang kerabat kerajaan yang berasal dari Bugis untuk memata-matai atau saat itu dikenal dengan istilah telik sandi Kerajaan Pajajaran. Waditra atau pengiring musik yang dipakai pada pertunjukan tari telik sandi atau ronggeng bugis ini adalah alat musik tradisional jawa barat antara lain Kelenang, Gong kecil, Kendang, Kecil, dan KecrekMenurut sejarah, pada saat daerah Cirebon terlepas dari kekuasaan Maharaja Pakuan Pajajaran Sunan Gunung jati menyatakan kemerdekaan.


Pasukan telik Sandi negara cirebon bertugas untuk melakukan spionase di wilayah Pajajaran untuk mengetahui pernyataan kedaulatan penuh negara Islam Cirebon. Pada saat itu kerajaan Cirebon dibantu oleh prajurit Bugis. Sajian pertunjukan tari ini diawali dengan gerak penari yang lincah dan dinamis dengan menggerakan anggota tubuh seperti rambut, mata dan mulut dengan dominasi gerak mengintai atau mengawasi dengan durasi sekitar lima menit. 


Akhir pertunjukan dengan gerak tari berjalan. Jumlah penari Ronggeng bugis biasanya minimal 4 orang hingga belasan orang dan setiap individu dapat melakukan improvisasi gerak sesuai gayanya masing - masing. Ronggeng terdiri dari dua kata ronggeng dan bugis. Ronggeng adalah penari pada pertunjukan tayub. Maksud tari ronggeng bugis adalah pertunjukan tari pria berbusana wanita yang mirip badut. Kesenian ini muncul karena situasi politik yang bergejolak saat datangnya pengaruh Islam memasuki lingkungan Cirebon. Kesenian itu merupakan bentuk penyamaran laki-laki berpakaian dan berias wanita yang berpura-pura sebagai pengamen jalanan, padahal sebetulnya adalah pasukan telik sandi yang dilakukan oleh sahabat Sunan Gunung Jati dari daerah Bugis. Oleh karenanya bentuk kesenian itu disebut “Ronggeng Bugis”.


tari Ronggeng Bugis ini tercipta atau diilhami dari kisah sejarah masa lalu, saat Kerajaan Cirebon dibantu oleh Kerajaan Bugis, baik di era Galuh, masa Portugis, maupun masa kolonial. Ketika bantuan Kerajaan Bugis tidak diperlukan lagi, mereka kembali ke Bugis. Sebagian kecil sisanya meninggalkan diri karena telah merasa betah dan terikat perkawinan dengan orang Cirebon. Tarian Telik Sandi atau Ronggeng Bugis bisa jadi belum seterkenal tari topeng yang bisa langsung mengingatkan siapapun pada Cirebon.

 Namun, kejenakaan tarian ini dipandang mampu menarik minat siapapun yang menyaksikannya, hingga dinilai berpotensi sebagai tarian yang ikonik.


Bertemakan spionase, telik sandi ditarikan laki-laki sejumlah paling sedikit lima orang. Yang jenaka dari tarian ini seluruh penarinya berdandan layaknya perempuan, dengan atasan kebaya dan kain sebagai bawahan yang dilengkapi selendang. Bibir mereka bergincu, wajah mereka dipulas bedak putih ditambah pemerah di pipi, sementara hiasan bunga tersemat di atas kepala.Tak hanya penampilan, aksi teatrikal yang mewarnai keseluruhan gerak tari membuat telik sandi kerap mengundang tawa. Secara keseluruhan, telik sandi menjadi pertunjukan yang menyenangkan dan menarik untuk ditonton.


Tari telik sandi memiliki kisah masa lalu. Abah Dino menceritakan, pada sekitar abad ke-14 Kesultanan Cirebon di bawah pimpinan Sunan Gunung Jati berseteru dengan Kerajaan Rajagaluh di bawah kekuasaan Kerajaan Pajajaran.Perseteruan itu tak lepas dari keinginan Kerajaan Rajagaluh menguasai kembali Kesultanan Cirebon yang sebelumnya telah lepas dari Kerajaan Pajajaran pimpinan Prabu Siliwangi. Kesultanan Cirebon mencium rencana penyerangan Kerajaan Rajagaluh yang ketika itu dipimpin Pangeran Cakraningrat ke Cirebon. Secara harfiah nama kesenian ini terdiri dari dua kata yaitu ronggeng dan bugis. 


Secara umum pengertian ronggeng adalah penari wanita atau tondak primadona sebagai teman menari, misalnya pada Tari Tayub. Di Cirebon ada juga seni pertunjukan rakyat yang penarinya adalah monyet yang disebut dengan ronggeng kethek (ledek munyuk), tarian monyet yang jenaka yang meniru gerak-gerik manusia.Namun yang dimaksud ronggeng dalam Ronggeng Bugis ini adalah penari pria yang berbusana wanita. Yang dimaksud dengan busana wanita disini pun bukanlah busana dengan tata rias yang cantik, akan tetapi lebih mendekati kepada busana mirip badut yang mengundang gelak tawa.


Kalian Tertarik dengan segala sesuatu yang sedikit provokatif namun menghibur? Mungkin Ronggeng Bugis atau Tari Telik Sandi bisa menjadi pilihan kesenian selama kunjungan Anda di Cirebon. Ronggeng Bugis adalah pertunjukan tari komedi yang diperankan oleh laki-laki dengan memakai busana wanita. 
Yang dimaksud dengan busana wanita di sini pun bukanlah busana dengan tata rias yang cantik, akan tetapi lebih mendekati busana mirip badut yang mengundang gelak tawa.


Meski ditarikan oleh laki-laki, gerakan tari Ronggeng Bugis sangat gemulai seperti gerakan tari wanita. Tari-tarian ini biasa dimainkan oleh 12 hingga 20 orang dengan satu orang komandan tari.Asal mula tari Ronggeng Bugis, dilatarbelakangi ketegangan yang terjadi antara kerajaan Cirebon dengan Kerajaan Islam. Sunan Gunung Djati yang Raja Cirebon saat itu menyuruh seorang kerabat kerajaan yang berasal dari Bugis untuk memata-matai atau telik sandi Kerajaan Pajajaran. Waditra yang dipakai adalah Kelenang, Gong kecil, Kendang, Kecil, dan Kecrek. Suatu pagelaran seni yang betul-betul tiada duanya di Cirebon.


Tarian Telik Sandi Keraton Kesepuhan Cirebon merupakan seni pertunjukkan yang penuh ekspresi dan jenaka. Tarian  Telik Sandi dikenal juga dengan nama Ronggeng Bugis. Para Penari Telik Sandi adalah para pria berpakaian wanita. Dalam dunia intelijen, hal ini dimaksudkan sebagai penyamaran, sebab itu buasana wanita yang dikenakan tidak berbentuk tatarias menor, tetapi lebih menyerupai busana mirip badut.


Konon, pada saat Pangeran Walangsungsang Cakrabuana membuka Cirebon pada Tahun 1.448 Masehi, jumlah warga masyarakat yang tela menjadi pribumi di Cirebon sebanyak 346 orang, dengan perincian 196 orang Sunda, 16 orang Sumatera, 4 orang Semenanjung Malaya, 3 orang dari Siam (Thailand), 11 orang Arab, 6 orang dari Cina, 106 orang dari Jawa, 2 orang dari India dan 2 orang dari iran.


Pada tahun 1482 Masehi, Sunan Gunung Jati menyatakan kemerdekaan negara Cirebon, yang terlepas dari kekuasaan Maharaja Pakuan Pajajaran. Pada saat itulah negara Cirebon mempunyai sepasukan Telik Sandi (prajurit Sandi Yuda) yang melakukan kegiatan spionase di wilayah Pajajaran untuk mengetahui reaksi dari pernyataan kedaulatan penuh Negara Islam Cirebon. Pasukan telik sandi ini adalah pasukan tangguh yang terdiri dari orang-orang yang berani, bermental kuat, cerdas serta pandai menyamar..

peralatan musik (tetabuan) yang dipergunakan saat pertunjukkan antara lain;kelenang, gong kecil, kendang,kemongl, kecrek, dan saron.

Sebagaiman maksud dan tujuannya sebagai taktik penyamaran, maka Tari Telik Sandi seasungguhnya merupakan kesenian ider-ideran/iring-iringan/heleran, yang biasa dipakai sebagai peserta pawai keliling,  namun bisa juga ditampilkan pada panggung yang terbatas.


Menyangkut kostum dan tata rias, wajah penari dirias secara jenaka, memakai gelungan kecil dan bunga. Kostum terdiri dari kebaya berwarna menyala, terkadang memakai rompi dan kain batik dodot yang diikat dengan stagen. Atau menggunakan variasi lain dengan penampilan yang mencolok yang mengundang gelak tawa.Acapkali juga, penari menggunakan kostum ibu hamil tua yang atraktif. Pada kesempatan lain gelungan kecil tidak difiksasi secara kuat, sehingga gelungan rambut tersebut terjatuh yang mengundang senyum lebar penonton.


Mengenai jalannya pertunjukkan, maka jikadilakukan pada panggung pertunjukan, maka akan diawali dengan tetalu (intrumen) kurang lebih selama 5-10 menit. Lalu, para penari keluar pada penampilan pertama gerak tarinya lincah dan dinamis, semua anggota tubuh termasuk mata, mulut dan rambut digerakan dengan lucu dan didominasi oleh gerak mengintai dan mengawasi. Apabila telah dianggap cukup waktunya, maka pertunjukan diakhiri dengan gerak tari berjalan. Penari Telik Sandi biasa ditarikan oleh minimum 4 orang bahkan bisa sampai belasan orang. Namun setiap individu penari bisa melakukan improvisasi gerak sesuai dengan gaya masing-masing

Tarian Telik Sandi mempunyai nasehat luhur  bahwa kita hendaknya hidup sederhana, panarima, berkarya, ulet dan waspada. Tari Telik Sandi  yang dikembangkan di Keraton Kesepuhan Cirebon, bersifat islami, memiliki keperwiraan. Tariini bukan untuk menonjolkan identitas yang tidak jelas secara kelamin/gender yaitu antara laki-laki dengan perempuan atau banci, akan tetapi heroisme keperwiraan yang penuh dengan resiko namun dikemas dengan cerdas dalam bentuk telik sandi/spionase.

0 komentar:

Posting Komentar