Perkembangan Tari Ronggeng Bugis

Gambar terkait



   Perkembangan tari Ronggeng Bugis yang ada di Sanggar Pringgadhing yaitu sudah terciptanya tari kreasi baru Tari Ronggeng Telik yang terinpirasi dari tari Ronggeng Bugis. Tari Ronggeng Telik merupakan perkembangan dari tari Ronggeng Bugis yang diciptakan oleh Sanggar Pringgadhing. Perbedaan yang terdapat dari tari Ronggeng Bugis dan tari Ronggeng telik terlihat dari mulai gerak, kostum, penari, hingga musik pengiringnya. Gerak tari Ronggeng Telik banyak mengadopsi dari gerak-gerak tari Ronggeng Bugis. Dan penari dalam dari Ronggeng Telik tidak harus laki-laki yang menarikannya. Tetapi penari laki-laki dan perempuan. Namun tarian ini bukan tari berpasangan.
Terdapat pula perkembangan pada perubahan fungsi dari tari Ronggeng Bugis yaitu sebagai hiburan dan sarana pendidikan. Fungsi tari Ronggeng di Sanggar Pringadhing saat ini selain sebagai hiburan yaitu tariannya hanya dapat dinikmati sebagai hiburan yang menghibur dengan bobot tarian yang ringan

    namun masih tedapat nilai-nilai keindahan didalamnya, dan fungsi tari Ronggeng Bugis sudah menjadi sarana pendidikan maksudnya yaitu tari Ronggeng Bugis sudah dijadikan alat untuk pendidikan dengan menggunakan nilai-nilai yang ada pada tarian untuk tujuan pendidikan, contoh nilai-nilai pendidikan yang ada pada tari Ronggeng Bugis untuk siswa ialah akan lebih melatih rasa percaya diri, mengasah kreativitas dan belajar menjadi seorang mata-mata yang cerdas. Selain itu karena masyarakat masih ingin mempertahankan tari Ronggeng Bugis sebagai kesenian Cirebon dan masyarakat juga merasa senang dan terhibur saat melihat tari Ronggeng Bugis.

   Setelah itu perkembangan yang terjadi pada tari Ronggeng Bugis adalah dalam panggung pementasannya. Sanggar Pringgadhing menjadi sanggar pertama yang mengangkat tari Ronggeng Bugis menjadi sebuah tari pertunjukan. Pada saat Cirebon sudah mempunyai tempat untuk pementasan kesenian-kesenian daerah di panggung pertunjukan yang ada di dalam tempat wisata Gua Sunyaragi, sehingga masyarakat menjadi lebih mudah untuk melihat kesenian-kesenian tradisi Cirebon yang bisa dijadikan hiburan. Selain menjadi hiburan, berkat adanya panggung pertunjukan seni di Gua Sunyaragi juga menjadi bahan edukasi atau pendidikan bagi para guru seni budaya di Cirebon khususnya dan umumnya di Jawa Barat untuk mendapat tambahan referensi kesenian untuk bahan ajar.Keistimewaan tari Ronggeng Bugis yang ada di Sanggar Pringgadhing dapat dilihat dari segi pengajarannya dan bentuk pertunjukannya. 
  
    Dari segi pengajarannya tari Ronggeng Bugis di sanggar Pringgadhing selain diajarkan disanggar juga melalui para penarinya mengajarkan di ekstra kurikuler dibeberapa sekolah sehingga berkembang dan dikenal oleh anak-anak sekolah. Sedang dari segi penampilan atau pementasaanya tari Ronggeng Bugis di Sanggar Pringgadhing selalu memiliki strategi sendiri untuk menarik perhatian peonton yang menyaksikan penampilanya. Tari Ronggeng Bugis selalu ditampilkan dibagian penutup acara, ini bertujuan untuk mengantisipasi penonton supaya tetap menyaksikan acara sampai selesai. Karena tari Ronggeng Bugis merupakan tarian yang biasanya dinanti-nanti oleh penonton. Dan dari segi kostum, tari Ronggeng Bugis di Sanggar Pringgadhing memiliki beberapa kostum yang bertujuan untuk membuat tari Ronggeng Bugis Sanggar Pringgadhing berbeda dengan tari Ronggeng Bugis milik sanggar lain. Yang pada akhirnya dapat menarik minat para pelajar tari Ronggeng Bugis di Sanggar Pringgadhing.

   Tari Ronggeng Bugis merupakan tari tradisi yang ada di Kabupaten Cirebon yang pertama kali diangkat menjadi sebuah tari pertunjukan oleh bapak Handoyo (alm). Tari Ronggeng Bugis temasuk tarian jenaka, yang lucu dan menghibur. Berbeda dengan tari Ronggeng lain, tari Ronggeng Bugis ditarikan oleh laki-laki dan bukan ditarikan oleh perempuan. Keberadaan tari Ronggeng Bugis sendiri sudah diakui oleh masyarakat Cirebon kota dan Cirebon barat. Sedangkan di Cirebon timur nama tari Ronggeng Bugis cukup asing dan tidak banyak orang mengetahui salah satu tari tradisi Cirebon tersebut, hal ini dikarenakan kurangnya publikasi tentang tari Ronggeng Bugis di daerah Cirebon timur.Berdasarkan paparan tersebut, masalah penelitian ini adalah bagaimana eksistensi tari Ronggeng Bugis di Sanggar Pringgadhing Plumon Cirebon. Upaya apa saja yang dilakukan untuk menunjukan eksistensi tari Ronggeng Bugis yang ada di Sanggar Pringgadhing. Tujuan penelitian ini adalah untuk dapat mengetahui, dan mendeskripsikan bagaimana eksistensi tari Ronggeng Bugis di Sanggar Pringgadhing Plumbon Cirebon.Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif ini menggunakan Teknik pengumpulan data melalui observasi mengenai tempat penelitian dan bentuk pertunjukan tari Ronggeng Bugis, kemudian wawancara dengan beberapa sumber yaitu ketua sanggar, dinas pariwisata dan budaya Kabupaten Cirebon, kepala sekolah, penari, pelatih, dan penonton. dan dokumentasi penelitian maupun dokumentasi peneliti. Teknik analisis data pada penelitian ini dengan mereduksi data yaitu memilih data-data yang penting atau data primer yang kemudian dianalisis sehingga dapat ditarik kesimpulannya.Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tari Ronggeng Bugis di Sanggar Pringgadhing masih eksis dan dikenal oleh masyarakat Cirebon. dengan pembuktian adanya pementasan tari Ronggeng Bugis sampai tahun 2017 ini. Serta adanya kerjasama dengan instansi pemerintahan seperti dinas kebudayaan dan sekolah. 
   
   Dengan tujuan melestarikan kebudayaan Cirebon dan sebagai sarana pendidikan. Berdasarkan hasil dan pembahasan tersebut maka dikatakan bahwa tari Ronggeng Bugis di Sanggar Pringgadhing Plumbon Cirebon masih eksis. Semoga semua pihak terutama Sanggar Pringgadhing dan Dinas Kebudayaan Daerah setempat dapat lebih menjaga kelestarian dan eksistensi tari Ronggeng Bugis dengan mendokumentasikan secara baik dan membukukan sejarahnya serta mempublikasikan lewat media sosial dan pementasan yang lebih sering termasuk di Cirebon Timur.
Berdasarkan sejarahnya, pada saat daerah Cirebon terbebas dari kekuasaan Kerajaan Maharaja Pakuan Pajajaran, Sunan Gunung Jati menyatakan kemerdekaan. Lalu Sunan Gunung Jati membentuk sebuah kelompok yang dinamakan Pasukan Telik Sandi. Pasukan ini bertugas untuk melakukan kegiatan spionase di wilayah Pajajaran untuk mengetahui deklarasi kewenangan penuh negara Islam di Cirebon.

   Pada saat itu, Kerajaan Cirebon dibantu oleh pasukan Bugis yang ada di Cirebon. Dengan menyamar sebagai ronggeng yang biasanya dilakukan oleh wanita ini, digantikan oleh pria yang berdandan layaknya seorang penari wanita. Dari penyamaran yang dilakukan oleh para pasukan yang bermacam-macam jenisnya tersebut, akhirnya membawa kemenangan bagi misi pasukan Sunan Gunung Jati.Atas dasar penyamaran tersebut juga munculah Tarian Ronggeng Bugis, yang semua penarinya adalah laki-laki dengan make up dan aksesoris perempuan. Juga mempunyai pandangan unik dan melambangkan keagungan sekelompok prajurit Sunan Gunung Jati dalam mengabdi kepada bangsa dan negaranya, walaupun cara apapun dilakukan asalkan tidak melanggar ketentuan yang diajarkan oleh agama.“Hingga sekarang tarian ini menjadi seni pertunjukkan rakyat yang sangat menghibur,” jelasnya yang juga pernah berkecimpung menjadi salah satu penari Ronggeng Bugis di sanggar tari.Gerakan yang dilakukan dalam tarian ini menimbulkan kesan lucu, karena setiap gerakan mereka harus selalu waspada pada saat menjalankan suatu penyamaran, takut diketahui oleh para musuhnya.

0 komentar:

Posting Komentar