Sejarah Tarian Ronggeng Bugis


   Kata folk berarti sekelompok orang yang memiliki ciri pengenalan fisik, sosial dan kebudayaan sehingga dapat dibedakan dari kelompok sosial lain. Kata lore merupakan tradisio dari folk, yaitu sebagai kebudayaan yang diwariskan secara lisan atau melalui salah satu contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat bantu pengungat. Folklor adalah bagian dari kebudayaan yang disebarkan atau diwariskan secara tradisional baik dalam bentuk lisan maupun yang disertai isyarat atau alat bantu pengingat. Tarian merupakan faklor sebagai lisan, yang artinya falklor yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan bukan lisan. Folklor ini juga dikenal sebagai fakta sosial. Tari Ronggeng merupakan salah satunya.

 
    Ronggeng Bugis adalah ronggeng yang berasal dari Bugis, Sulawesu Selatan. Keberadaan Ronggeng Bugis ini berawal saat Sunan Gunung Jati pada tahun 142 Masehi menyatakan kemerdekaan negara cirebon, yang terlepas dari kekuasaan Maharaja Pakuan Pajajaran. Pada saat itu, negara Cirebon memiliki pasukan telik Sandi (Prajurit Sandi Yuda) yang melakukan kegiatan spionasi di wilayah Pajajaran untuk mengetahui reaksi dari pernyataan kedaulatan penuh negara Islam Cirebon. Pasukan tersebut merupakan yang anggotanya terdiri atas orang-orang berani, bermental kuat serta pandai menyamar.Menurut sumber tradisi lisan,dalam berjalan waktu yang panjang,kerajaan Cirebon dibantu prajurit-prajurit bugis, baik di Era Galuh, masa portugis, maupun masa kolonial.

    Keberadaan prajurit Bugis dalam waktu cukup lama telah menyebabkan mereka membentuk komunitas lengkap dengan budaya asal mereka. Secara umum, kata ronggeng adalah penari wanita atau tandak,primadona sebagai teman menari,misalnya pada tayuban. Bugis adalah nama tempat yang sekarang dikenal dengan Makasar. Dengan demikian, pengertian Ronggeng Bugis adalah tarian yang berasal dari Bugis. Menurut cerita, tari Ronggeng Bugis ini tercipta dari kisah sejarah masa lalu, saat Kerajaan Cirebon dibantu oleh Kerajaan Bugis, baik di Era Galuh, masa Portugis, maupun masa kolonial. Ketika bantuan kerajaan Bugis tidak diperlukan lagi, mereka kembali ke Bugis. Sebagian kecil sisanya meninggalkan diri karena telah merasa betah dan terikat perkawinan dengan orang Cirebon.

     Pementasan Ronggeng Bugis diiringi oleh gamelan/ waditra yang terdiri atas:Kelenang, gong kecil, kendang kecil,dan saron. Para penari semuanya laki-laki yang menggunakan kebaya berwarna menyolok dan terang. Sanggul kecil ditempelkan dibelakang kepala pada posisi miring. Make up menyolok dan gambar bibir yang miring sehingga perpaduan seluruh hiasan yang digunakan memunculkan kesan lucu yang mengundang tawa. Tata rias dan pakaian yang digunakan tidak selamanya baku. Semua dapat berubah-ubah sesuai dengan bayangan kesan yang akan mengundang tawa penonton.

     Jumlah penari pada satu pementasan tidak ditentukan secara khusus.  Rata-rata berjumlah antara tujuh,sebilan,sebelas orang. Jumlah penari akan disesuaikan dengan luas arena pertunjunkkan. Tarian tersebut rata-rata memerlukan arena cukup luas karena dilakukan dengan gerakan lincah,penuh gerakan atraktif dan dilakukan oleh beberapa penari.

   Atraksi tari dimulai dengan munculnya seorang penari yang memperagakan gerakan lucu. Gerakan tarian yang dibawakan beritmik pelan dan gemulai. Setelah itu, muncul enam penari lain beriringan melakukan gerakan tari yang sama, berlengganglenggok dengan berbagai gerakan. Gerakan selanjutnya adalah gerakan yang menggandung cerita lucu. Berbagai gerakan lucu tersebut berlangsung antara sepuluh hingga lima belas menit. Kelucuan tidak terbatas pada gerakan, juga memanfaatkan hiasan yang dikenakan. Misalnya sanggul salah seorang penari copot, lalu sanggul tersebut dilemparkan ke arah pemain gamelan,dan sebagainya.

     Jalanya pertujukan, apabila dilakukan pada panggung pertunjukan diawali dengan kurang lebih selama lima menit. Penari keluar pada penampilan pertama gerak tarinya masih lembut. Pada penampilan berikutnya gerak tarinya lincah dan dinamis, semua anggota tubuh termasuk mata,mulut dan rambut digerakkan dengan lucu dan di dominasikan oleh gerak mengintai dan mengawasi. Apabila telah dianggap cukup waktunya, maka pertunjukan diakhiri dengan gerak tari berjalan. 

  Salah satu tarian bugis adalah Tarian Ronggeng Bugis beberapa tahun terakhir ini tarian Ronggeng Bugis sudah jarang dipertujunkan dan mulai terlupakan oleh masyarakat bugis sendiri. Tarian Ronggeng Bugis sebenarnya punya sejarah sendiri yaitu pada jaman sunan Gunung Djati, untuk menyelidiki kekuatan musuh yang melawan, sunan Gunung Djati mengirimkan grup kesenian Ronggeng Bugis atau Tari Telik Sandi atau mata-mata untuk menyelidiki kerajaan pakuan padjajaran. Ternyata tari kesenian tersebut berhasil memberikan informasi kepada Sunan Gunung Djati.

     Ronggeng Bugis atau Tari Telik Sandi, adalah tertunjukan tari komedi yang diperankan oleh laki-laki dengan memakai busana wanta. Meski ditarikan oleh laki-laki, gerakan tari ronggeng bugis gemulai seperti gerakan tari wanita. Tari-tarian ini biasa dimainkan oleh dua belas hingga dua puluh orang dengan satu seorang komandan tari. Asal mula tari Ronggeng Bugis,dilatarbelakangi ketegangan yang terjadi antara kerajaan cirebon dengan kerajaan islam. Sunan Gunung Djati yang raja cirebon saat itu menyuruh seorang kerabat yang berasal dari bugis untuk memata-matai atau telik sandi kerajaan pajajaran.

      Upaya yang dilakukan dengan membentuk grup kesenian, dengan cara ngamen dari satu tempat yang lain.oleh Raja Cirebon, Kesenian tradisional yang digunakan untuk menjadi mata-mata dinamakan Ronggeng Bugis. Selama mengintai di kerajaan pajajaran,dengan membawa grup kesenian Ronggeng Bugis atau Tari Telik Sandi ternyata banyak mendapat hasu yaitu banyak informasi rahasia kerajaan pakuan pajajaran, berhasil disadap oleh kerajaan Islam Cirebon.

     Ronggeng bugis sepintas merupakan tarian yang aneh dan tak lazim. Saya sebut tak lazim karena tari in9 terkesan mengutamakan melawak. Menimbulkan tawa geli penontonya menjadi tujuan panggung tari. Ini tentu berbeda dengan tari lain yang selalu menimbulkan rasa takjub. Bahkan membuat orang merenung,menyerapi sebuah makna dan keindahan dalam sebuah gerak.

      Dalam tari yang tak lazim tersebut, para penari yang semuanya pria mengenakan busana yang biasa dipakai perempuan: kebaya. Baju adat itu pun berwarna sangat mencolok,merah atau kuning. Lengkap dengan motif bunga yang disertai dengan sinjang batik bermotif mega mendung. Gerakan tari mereka terkesan asal-asalan dan sesekali meniru gaya seorang bodor,komedian Cirebon. Beberapa adegan bahkan memungkinkan para penari menggoda dan menghampiri penonton untuk ikut menertawakan tingkah mereka. Ronggeng bugis menimbulkan kelakar dan gelak tawa bahkan bisa jadi sarkasme seksual,menertawakan keganjilan jenis kelamin dan gender penarinya yang kecentilan.tapi kesan minor tersebut niscaya sirna kalau kita simak penjelasan,Handoyo MY.

     Almahum Handoyo yang merupakan seniman cirebon sekaligus pendiri sanggar seni pringgadhing, menurut salah seorang wartawan Retno Heriyanto adalah orang yang pertama kali mengangkat tari telik sandi itu ke atas pentas. Handoyo membuat tarian ini dengan diiringi gending cirebon dan sebuah tembang berjudul Angkut.

     Dengan begitu ,tari ronggeng bugis sama nilainya dengan sebuah prasasti yang menghendaki penikmatnya mengingat kembali peristiwa penting dimasa lalu. Ronggeng bugis, dengan kecerdasan pengubahnya menjelma menjadi sebuah tari sarat pengetahua,bukan sekedar kelakar dan gelak tawa.

0 komentar:

Posting Komentar