Pengertian tari

Hasil gambar untuk tari ronggeng bugis"


   














    Royce terjemahan widaryanto (2012) mengatakan tari adalah seni yang paling tua. Dapat juga dikatakan bahwa tari lebih tua dari seni itu sendiri. Tubuh manusia membuat pola gerak dalam ruang dan waktu menjadikan tari itu unik diantara kesenian lainnya dan menerangkan proses waktu yang telah lama dilalui beserta universalitasnya.

  Murgiyanto (1986) mengatakan bahwa tari merupakan suatu bagian dari seni pertunjukan yang harus ditata dan disusun rapih secara estetis sedemikian rupa sehingga mampu menyentuh batin para penontonya atau penikmatnya.

   Menurut Sumaryono (2011) tari secara sederhana merupakan gerak-gerak tubuh manusia yang ritmis dan indah. Gerak-gerak ritmis atau yang disebut dengan gerak berirama adalah gerak-gerak yang memiliki keteraturan dan keselarasan dengan ketukan atau irama. Sedangkan ritmis dan irama berkaitan dengan unsur musikal yang menjadi pengiringnya.
   Tari sebagai aktivitas pengalaman seni sangat menekankan pentingnya pengembangan kreativitas, apresiasi, dan ekspresi secara luas. Ketiga pengembangan tersebut merupakan kebutuhan integrative setiap orang. Kebutuhan kreatif tercermin dalam kegiatan olah rasa, olah hati, olah cipta, dan olah raga yang berimplikasi pada kesehatan jasmani dan rohani (Jazuli, 2008).

  Tari sebagai karya seni merupakan alat ekspresi perasaan manusia yang berasal dari pengembangan imajinasi dan diberikan bentuk melalui media gerak. Tari adalah bentuk simbolik yang bisa menampakkan pandangan pribadi penciptanya, daerahnya atau budayanya, yang bila disajikan sebagai objek seni menjadi sebuah pengalaman estetis bagi pengamatnya. Oleh karenanya tari mampu menjadi sarana komunikasi seorang seniman (pencipta-pelaku) kepada orang lain (pengamat/penonton) (Jazuli 2016).

    Menurut Yermiandhoko (2013) Tari adalah suatu kegiatan menggerakkan tubuh secara ritmis tetapi bukan hanya untuk bersenang-senang. Tari merupakan bagian dari budaya masyarakat yang mempunyai tujuan tertentu dalam penciptaanya. Tari digunakan sebagai sarana dalam upacara keagamaan sejak berabad-abad lalu. Penggunaan tari untuk hiburan lazim dipakai pada masa sekarang karena dorongan dari perkembangan zaman dan kepentingan manusia. Tari juga digunakan dalam pembelajaran formal dengan maksud agar memberikan keseimbangan antara intelektualitas dan sensibilitas, rasionalitas dan irasionalitas, serta akal pikiran dan kepekaan emosi.

    Tari dapat juga dikatakan sebagai alat komunikasi kekhalayak umum lewat gerak yang pesannya tersirat. Oleh karena itu, penggarapan suatu tari dipengaruhi oleh jenis-jenis pola garapan yang dikuasai oleh koreografer. Pola garap tari terbagi menjadi dua yaitu, tari tradisional dan tari kreasi (Jazuli 2016).

   Menurut Jazuli (1994) bentuk tari dalam pola garapannya dibagi menjadi dua yaitu tari tradisional dan tari kreasi. Tari tradisional adalah sebuah tarian yang lahir, tumbuh, dan berkembang dalam suatu masyarakat yang kemudian diturunkan atau diwariskan secara terus menerus dari generasi kegenerasi. Dengan kata lain, selama tarian tersebut masih sesuai dan diakui oleh masyarakat pendukungnya maka tarian itu termasuk tari tradisional. sedangkan tari kreasi pengertiannya adalah jenis tari yang koreografinya masih bertolak dari tari tradisional atau pengembangan dari pola-pola tari yang sudah ada. Terbentuknya tari kreasi karena dipengaruhi oleh gaya tari dari daerah/negara lain maupun hasil kreativitas penciptanya.

   Murgiyanto (1986) mengatakan bahwa tari tradisi memang memiliki aturan-aturan yang ketat, tetapi tidak berarti tari tradisi itu tidak memberikan kesempatan bagi berkembangnya daya kreasi penarinya. Dewasa ini tidak sedikit tari-tarian upacara dan pergaulan yang telah berkembang menjadi tari pertunjukan. Untuk itu dibutuhkan pengetahuan tentang komposisi tari. Bagi imajinasi yang subur, sesungguhnya tradisi menyediakan bahan-bahan yang berlimpah untuk diciptakan kembali.
Tari diciptakan dengan tujuan untuk dikomunikasikan kepada para penikmatnya, oleh karena itu, tari tidak hanya sekedar rangkaian gerak, tetapi mempunyai bentuk, wujud, kesatuan dan ciri khas. Bentuk dapat dikatakan sebagai organisasi dari kekuatan-kekuatan sebagai hasil dari struktur internal dari tari. Bentuk memberi satu keteraturan dan keutuhan dari tari (Widyastutieningrum dan Wahyudiarto 2014). Tari adalah ekspresi jiwa dan perasaan manusia yang diungkapkan lewat gerak-gerak ritmis yang indah yang telah mengalami stilisasi maupun distorsi (Hadi, 2011:37).
Selain itu menurut Jazuli (1994) tari mempunyai arti penting dalam kehidupan manusia, karena tari dapat memberikan berbagai manfaat, misalnya seperti dijadikan hiburan dan sarana komunikasi. Mengingat kedudukannya itu tari dapat hidup, tumbuh, dan berkembang sepanjang zaman sesuai dengan perkembangan kebudayaan manusianya. Dengan kata lain, bahwa perkembangan maupun perubahan pada tari sangat ditentukan oleh masyarakat pendukungnya. Perubahan pola pikir masyarakat akan berpengaruh terhadap fungsi dan struktur tari, karena tari senantiasa menyesuaikan dengan konteksnya.

  Ronggeng Bugis adalah ronggeng yang berasal dari Bugis, Sulawesi Selatan. Keberadaan Ronggeng Bugis ini berawal saat Sunan Gunung Jati pada tahun 142 Masehi menyatakan kemerdekaan negara Cirebon, yang terlepas dari kekuasaan Maharaja Pakuan Pajajaran. Tarian ini bersifat komedi karena dimainkan oleh penari laki-laki sebanyak 12 – 20 orang dengan dandanan dan gaya menari layaknya perempuan. Namun jangan salah walaupun bergaya wanita, makeup yang dipergunakan oleh penari tidak kelihatan cantik justru bisa dibilang mirip baduk yang mengundang gelak tawa.

  Asal mula tari Ronggeng Bugis, dilatar belakangi ketegangan yang terjadi antara kerajaan Cirebon dengan Kerajaan Islam. Sunan Gunung Djati sebagai Raja Cirebon saat itu menyuruh seorang kerabat kerajaan yang berasal dari Bugis untuk memata-matai atau saat itu dikenal dengan istilah telik sandi Kerajaan Pajajaran. Waditra atau pengiring musik yang dipakai pada pertunjukan tari telik sandi atau ronggeng bugis ini adalah alat musik tradisional jawa barat antara lain Kelenang, Gong kecil, Kendang, Kecil, dan Kecrek.

  Para penari semuanya laki-laki yang menggunakan kebaya berwarna menyolok dan terang. Sanggul kecil ditempelkan di belakang kepala pada posisi miring. Make up menyolok dan gambar bibir yang miring sehingga perpaduan seluruh hiasan yang digunakan memunculkan kesan lucu yang mengundang tawa. Tata rias dan pakaian yang digunakan tidak selamanya baku. Semua dapat berubah-ubah sesuai dengan bayangan kesan yang akan mengundang gelak tawa penonton.
Jumlah penari pada satu pementasan tidak ditentukan secara khusus. Rata-rata berjumlah antara empat sampai dengan sembilan orang. Jumlah penari akan disesuaikan dengan luas arena pertunjukkan. Tarian tersebut rata-rata memerlukan arena cukup luas karena dilakukan dengan gerakan lincah penuh gerakan atraktif dan dilakukan oleh beberapa penari.

    Atraksi tari dimulai dengan munculnya seorang penari yang memperagakan gerakan lucu. Gerakan tarian yang dibawakan beritmik pelan dan gemulai. Setelah itu, muncul enam penari lain beriringan melakukan gerakan tari yang sama, berlenggang-lenggok dengan berbagai gerakan. Gerakan selanjutnya adalah gerakan yang mengandung cerita lucu. Berbagai gerakan lucu tersebut berlangsung antara sepuluh hingga lima belas menit. Kelucuan tidak terbatas pada gerakan, juga memanfaatkan hiasan yang dikenakan. Misalnya sanggul salah seorang penari copot, lalu sanggul tersebut dilemparkan ke arah pemain gamelan, dan lain sebagainya.

   Jalannya pertunjukan, apabila dilakukan pada panggung pertunjukan diawali dengan tetalu kurang lebih selama 5 menit. Penari keluar pada penampilan pertama gerak tarinya masih lembut. Pada penampilan berikutnya gerak tarinya lincah dan dinamis, semua anggota tubuh termasuk mata, mulut dan rambut digerakkan dengan lucu dan di dominasi oleh gerak mengintai dan mengawasi. Apabila telah dianggap cukup waktunya, maka pertunjukan diakhiri dengan gerak tari berjalan. Penari Telik Sandi biasa ditarikan oleh minimum 4 orang bahkan bisa sampai belasan orang. Namun setiap individu penari bisa melakukan improvisasi gerak sesuai dengan gaya masing-masing.

0 komentar:

Posting Komentar