Sejarah
Berawal
ketika berdirinya kerajaan Cirebon, karena masih wilayah padjajaran setiap saat
selalu diminta upeti oleh Padjajaran. Kemudian sunan Gunung Jati memerintahkan
para prajurit untuk memata-matai padjajaran. Prajurit harus menyamar maka
berangkatlah para prajurit menyamar ke daerah padjajaran. Menyamarnya sebagai
penari (ronggeng) dengan tujuan untuk menarik perhatian. Kata Bugis karena
beberapa dari penarinya berasal dari Bugis, akhirnya dinamakan Ronggeng Bugis.
Ronggeng Bugis juga biasa disebut tari Telik
Sandi yang artinya mata-mata. Para penari dibuat lucu untuk menarik perhatian
penonton. Daerah yang masih ada arak-arakan tari Ronggeng Bugis ini yaitu daerah
Pangkalan (masih ada groupnya).
Ketika
festival Keraton yang ke 2 di Yogyakarta Oleh Alm. Pa Handoyo mengangkat tari
Ronggeng Bugis untuk mewakili Keraton Kacirebonan. Alm. Pa Handoyo ini akhirnya
memperkenalkan kembali tari Ronggeng Bugis melalui Keraton Kacirebonan.
Pemainnya
berjumlah 5 atau 9 atau 11 bahkan bisa lebih, biasanya berjumlah ganjil.
Upaya
pelestarian tari Ronggeng Bugis:
- Melalui sanggar-sanggar, yang sudah ada di
sanggar Sekar Pandan, Sanggar Kacirebonan, SMK kedawung sudah rutin, di Man 1
Cirebon sudah 2 tahun dalam acara pentas seni menampilkan tari Ronggeng Bugis.
- Mengadakan pentas seni dan mengangkat
kembali tari-tari daerah ciri khas Cirebon.
Gerakan
- Semriwing
yang berarti mendengar
- Lembean
yang berarti tutup mulut, jaga mulut
- Melihat,
memandang
- Jalan
yang simbolis hati-hati dalam menjadi seorang mata-mata)
Kostum
- Kebaya
- Kain
- Selendang
- Bondu
Alat-alat
1. Kempyang
2. Kethuk
3. Gong
4. Kendang
Kostum
- Kebaya
- Kain
- Selendang
- Bondu
0 komentar:
Posting Komentar