Bentuk pertunjukan



     Tari sebagai repretoar (sajian pertunjukan) merupakan hasil dari proses kreatif,baik dari kreasi koreografer (orang yang menciptakan tari),penari (orang yang mengekspresikan tari), dan orang yang memiliki keahlian dalam tata rupa pelengkap sajian tari. Inilah yang membuktikan tari sebagai seni kolektif, karena orang-orang yang terlibat dalam satu repertoar tari harus mampu bekerjasama secara kolektif untuk mewujudkan pertunjukan tari yang bisa memberikan kepuasan dan daya pesona kepada penonton.

Terdapat elemen-elemen bentuk pertunjukan dalam tari sebagai berikut:

I. Pelaku

Menurut murgianto(1986)dalam seni pertunjukan terdapat seniman pelaku dan seniman pencipta. Jumlah seniman pelaku selalu lebih banyak dibandingkan seniman penciptanya. Demikian pula halnya dalam seni tari,jumlah penari lebih banyak dari pada pencipta atau penata tari.

Menurut jazuli(2016)orang-orang yang terlibat dalam aktivitas tari dapat ditinjau secara tekstual(penciptaan)  dan kontekstual (penyajian). Secara tekstual terdiri dari unsur penari ,pengiring (musisi dan penata musik,pencipta/koreografer). (creative actrist), dan kelengkapan pendukung sajian tari. Secara kontekstual terdiri dari penyelengara(biasanya berbentuk kepanitiaan atau pengurus) .pengguna(apresiator dengan berbagai jenisnya),pendukung (semua yang terlibat dalam pertunjukan tari), dan penunjang (saran prasarana dalam tari).

Menurut hadi(2011) dalam koreografi adanya keterkaitan atau hubungan antara penata tari(koreografer) dan penari yang dapat menentukan keberhasilan suatu pertunjukan tari. Seorang penata tari dan penari harus saling memahami fungsi dan perannya sendirii-diri. Koreografer adalah seorang penata,penyusun,atau menggarap keseluruhnya komposisi tari. Berbeda dengan seorang penari, aktivitas seorang penari menggantungkan tubuhnya sendiri sebagai satu-satunya alat berekspresi,artinya dengan tubuhnya sendiri ia dapat menghasilkan gerak. Jadi setiap tarian pasti memiliki fungsi dan tujuannya,kemudian berkaitan pula dengan alasan mengapa tarian ini diciptakan dan akan dijadikan tarian seperti apa dan berapa jumlah penarinya.

II. Gerak
 

Gerak adalah pertanda kehidupan reaksi pertama dan terakhir manusia terhadap hidup,situasi dan manusia lainnya dilakukan dalam bentuk gerak. Perasaan puas, keccewa, cinta, takut, dan sakit selalu dipahami lewat perubahan-perubahan yang harus dari gerakan tubuh kita. Hidup berarti bergerak dan gerak adalah bahan baku tari(murgiyanto 1986).

Menurut jazuli(1989) gerak merupakan unsur utama dalam tari, yang didalamnya mengandung unsur tenaga,ruang,dan waktu. Maksudnya adalah untuk menimbulkan gerak yang indah dan mempunyai kekuatan sehingga mampu mengubah suatu dari anggota tubuh. Perubahan sikap yang terjadi dikatakan gerak dalam seni tari yaitu merupakan hasil proses pengolahan dari gerak yang telah mengalami stilisasi atau pengolahan gerak.

Gerak tari muncul karena ada tenaga yang menggerakan dan tubuh manusia sebagai alat(istrumen) untuk bergerak. Gerak ditinjau dari penggunaan tenaga(penyebab gerak) mencakup intensitas,aksen atau tekanan, dan kualitas. Intensitas adalah banyak sedikitnya tenaga yang digunakan dalam sebuah gerak. Aksen atau tekanan adalah bagian-bagian titik gerakan yang terjadi karena penggunaan tenaga yang tidak rata,artinya ada gerakan yang menggunakan tenaga sedikit ada pula yang banyak. Kualitas gerak dapat dibedakan antara lain atas yang bersifat ringan atau berat, lepas atau berbatas jelas, serta menghentak cepat,langsung atau tidak langsung dalam menuju titik akhir dari frase gerak. Ketiga elemen gerak yaitu tenaga,ruang dan waktu tidak pernah terpisah dalam gerak tubuh. Ketiganya terangkai secara khas sebagai penentu “kualitas gerak”.

Gerak dalam tari dikategorikan menjadi dua yaitu gerak maknawi dan gerak murni. Gerak maknawi adalah gerak yang mengungkapkan makna secara eksplisit dan mengandung suatu arti. Contohnya gerak orang bercermin,menangis,dan gerak-gerak tari dalam aktivitas sehari-hari seperti aktivitas nelayan dan masih banyak gerak-gerak maknawi lainnya. Gerak murni adalah gerak yang fungsinya hanya untuk keindahan semata dan tidak memiliki arti apapun atau maksud tertentu. Gerak murni tidak memiliki arti khusus dan hanya sebagai penghias dan pengindah dalam tarian. Contohnya dalam bentuk tangan ada nyekitik,nyempurit,gerakan pacak gulu pada leher dan pada kaki misalnya nyelekenthing dan masih banyak lagi.

Menurut widyastutieningrum dan wahyudiarto(2014)mengatakan bahwa gerak merupakan gejala yang paling primer dari kehidupan manusia dan gerak juga merupakan media yang paling tua dari manusia untuk menyatakan keinginan atau merupakan bentuk refleksi spontan dari gerak batin manusia. Dalam koreografi,gerak adalah dasar ekspresi. Oleh sebab itu gerak dapat kita pahami sebagai ekspresi dari semua pengalaman emosional.

III. Tata busana dan kostum

Kostum tari yang baik bukan sekedar berguna sebagai penutup tubuh penari,tetapi merupakan pendukung desain keruangan yang melekat pada tubuh penari. Kostum tari mengundang elemen wujud,garis,warna,kualitas,tekstur dan dekorasi. Kostum tari dapat menampilkan ciri khas suatu bangsa atau daerah tertentu dan membantu terbentuknya desain keruangan yang menopang gerakan penari. Selanjutnya kostum dapat membantu mengubah penampilan seorang penari misalnya menjadi karakter lain.

Tata busana tari,semula pakaian yang dikenakan oleh para penari adalah pakaian sehari-hari dalam perkembangannya,pakaian tari telah disesuaikan dengan kebutuhan lainnya. Fungsi busana tari adalah untuk mendukung tema atau isi tari dan untuk memperjelaskan peran dalam suatu sajian tari. Busana tari yang baik bukan hanya sekedar untuk menutup tubuh semat,melainkan juga harus dapat mendukung desain ruang pada saat penari sedang menari.

IV. Tata rias
 

Tata rias seorang penari merupakan hal yang sangat penting. Rias juga merupakan hal yang paling peka dihadapan penonton,karena penonton biasanya sebelum menikmati tarian selalu memperhatikan wajah penarinya,baik untuk mengetahui tokoh yang sedang dibawakan maupun untuk mengetahui siapa penarinya. Misalnya apakah penarinya tampak cantik atau gagah,apakah rias penari mencerminkan karakter peran yang sedang dilakukan dan sebagainya. Fungsi rias antara lain adalah untuk mengubah karakter pribadi menjadi karakter tokoh yang sedang dibawakan,untuk memperkuat ekspresi dan untuk menambah daya tarik penampilan.

Perlu diperhatikan bahwa tata rias panggung(untuk pertunjukan) berbeda dengan rias untuk sehari-hari. Untuk pemakaian rias sehari-hari kita harus menyesuaikan dengan situasi lingkungan. Misalnya cukup dengan polesan dan garis tipis. Lain halnya dengan rias panggung,yakni selain harus lebih tebal karena adanya jarak antara penari dan penonton yang sering agak berjauhan juga harus menyesuaikan karakter tokoh  atau peran yang dibawakan.

V. Tempat pertunjukan
 

Setiap pertunjukan seni pasti membutuhkan waktu dan tempat untuk menampilkan sebuah pertunjukan seni itu sendiri. Menurut jazuli tempat pentas suatu pertunjukan apa pun bentuknya selalu memerlukan tempat atau ruangan guna menyelenggarakan pertunjukan itu sendiri. Diindonesia kita dapat mengenal bentuk tempat pertunjukan,seperti dilapangan terbuka atau arena terbuka dan pemanggungan. Pada tempat terbuka kita bisa menyaksikan pertunjukan tari yang diselenggarakan dihalaman pura bali,pertunjukan tari tradisional dilingkungan rakyat sering dipergelarkan dilapangan terbuka,seperti bentuk seni pertunjukan di daerah pedalaman kalimantan,sulawesi,irian jaya,maluku senantiasa diadakan di tempat terbuka. Lain halnya dikalangan bangsawan jawa,pertunjukan kesenian sering diadakan di pendapatan,yaitu suatu bangunan yang berbentuk joglo dan bertiang pokok empat,tanpa penutup pada sisi-sisinya.

VI. Apresiator
Apresiator adalah penikmat seni yang berasal dari kalangan seniman,kritikus,maecenas atau patron,pecinta seni,ahli seni, guru seni dan warga masyarakat umunya.

0 komentar:

Posting Komentar