Asal usul tari ronggeng bugis

Asal usul Tari Ronggeng Bugis 


   TARI Ronggeng Bugis dikenal juga sebagai tari telik sandi (mata-mata, spionase). Penari memerankan gerak lucu, suka suka (banci) banci. Lelaki berkostum kain kebaya ditempelkan sesuatu di dada hingga mirip mamae (susu perempuan), muka dirias bedak, potlot alis mata, eye shadow dan gincu, gerakannya menimbulkan tawa penonton. Kostum pemain terdiri dari pakaian dengan warna menarik hingga terlihat kampungan. Gamelan seadanya mengiringi gerak Ronggeng Bugis. Jumlah penari 6 (enam) - 12 (duabelas) orang dan nayaga (pemusik) sebanyak 6 (enam) - 10 (sepuluh) orang.

Mengapa dinamakan Ronggeng Bugis? Tari Kabarnya terinspirasi dari gabungan pemuda Bugis (Sulawesi Selatan) yang mukim di Cirebon. Mereka siap melaksanakan tugasnya untuk mencari informasi Kerajaan Pajajaran menerima kekuatan Kerajaan Cirebon di bawah pimpinan Sunan Gunungjati yang saat itu masih lemah. Tugas spionase itu muncul berdasar ide pemuda Bugis, dan layaknya sastra lama maka nama pemuda-pemuda Bugis pun tidak tersedia dalam sejarah kesenian Cirebon. Kabar lain mengatakan Ronggeng Bugis ikut berpartisipasi dalam beberapa peperangan sporadis rakyat Cerbon melawan Kompeni. Penari Ronggeng Bugis yang menyadap informasi tentang persenjataan Kompeni, kekuatan pos penjagaan Kompeni, bahkan dapat menggunakan senjata. Kisah lisan yang berkembang di komunitas kesenian Cirebon,
    Membaca web Disporbudpar Kota Cirebon, dibuka Ronggeng Bugis hadir sekira tahun 1522 Masehi. Ada yang layak ditanyakan, apakah tahun lepasnya Kerajaan Cirebon Larang dari Pajajaran (1522) sudah ada komunitas Bugis di Cirebon yang kompilasi masih alang-alang dan dihuni oleh kurang dari 1000 orang. Pertanyaan kedua,   Kampung Bugis tidak ada di Cirebon (kecuali di Jakarta di Petojo, di Bali, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur). Ketiga, jika diputar pada penyerbuan Sultan Agung Mataram ke Batavia (1628 - 1629) yang juga memerlukan pasukan Karaeng Galesung asal Bugis yang menjadi hulu balang istana Mataram, lantas beberapa pasukan itu diangkat di Cirebon lantaran, malu kembali ke Mataram ~ jaraknya lebih dari satu abad.Keempat, Perang Makassar yang menorehkan nama Sultan Hasanudin, Arung Palaka dan seterusnya berlangsung pada tahun 1669. Empat pertanyaan di atas mempertanyakan muasal penamaan dan sejarah Ronggeng Bugis dalam khasanah kesenian tradisi Cirebon.
Namun demikian menurut sejarawan asal Desa Mertasinga, Kartani, kompilasi Cirebon mengubah masa kejayaan, kesenian penyamaran pasukan telik sandi ini dikukuhkan sebagai salah satu jenis kesenian keraton dengan nama Ronggeng Bugis . Terdiri dari para penari (ronggeng). Gerak gerik tarinya sederhana namun lincah dan dinamis juga mengundang kelucuan. Ronggeng Bugis kalimat keputusan prajurit telik sandi yang selalu waspada. Gerak sembah, longok, injen, jorong klapat dipadu dalam kesatuan tari. Gamelannya pun sederhana namun memikat bunyinya. Terdiri dari ketuk, kenong, ketipung kecrek dan kempul(gong kecil). Peran pertama Ronggeng Bugis berlangsung pada saat Perang Gunung Gundul (sekarang masuk wilayah Kabupaten Majalengka) pada tahun 1482 kompilasi Susuhunan Jati masih memimpin Kerajaan Islam Cirebon. Perang besar antara Kerajaan Islam Cirebon vs. Kerajaan Galuh dan Pajajaran.
Tari Topeng Tembem
Meminjamungkuk penari topeng Slangit Cirebon, Inu Kertapati, Ronggeng Bugis tidak tepat jika diminta sebagai tari telik sandi. Putra maestro tari Sudjana Ardja (alm) meminta relevansi tugas mata-mata melalui tari Ronggeng Bugis. Bahkan katanya, "Jangan-jangan orang Bugis yang perkasa tidak menerima salah satu jenis keseniannya adalah penyamaran kaum lelaki menjadi perempuan". Lebih jauh Inu mengemukakan salah satu jenis Tari Topeng yang bernama Tari Topeng Tembem atau Tari Topeng Nyo (dari bahasa Cina). Ini masuk pada kategori tari lakon.
Hingga kini di Desa Slangit Kecamatan Klangenan Kabupaten Cirebon, Tari Topeng Tembem masih ada. Pelakunya dinamakan bodor (badut). Tidak disarankan siapakah pencipta Tari Topeng Tembem ini. Sang Penari (Bodor) ikut pentas Tari Lakon bersama penari Topeng Cirebon. Geraknya yang lucu, topeng bentuk yang dibuat dengan wajah lucu dan tidak beraturan, dan bodor melawak sebelum ia memakai Topeng Tembem. Kreativitas maestro tari Sudjana Ardja hadir yang menghadirkan Topeng Tembem pada Tari Lakon. Dan kreativitas Sudjana Ardja juga yang kreatif Topeng Tembem tanpa Tari Topeng Slangit. Yang menarik adalah pesan moral di balik Tari Topeng Tembem. Bodor sebelum membahas pertunjukkan tarinya mengatakan,“Mengapa wajahku seperti ini, ibu-ibu dan bapak-bapak? Wajah saya yang tidak sesuai dengan aturan ulah / sosial yang sesuai dengan norma agama dan sosial ”.
Ronggeng Bugis boleh jadi terinspirasi oleh Tari Topeng Tembem. Penggagas Tari Ronggeng Bugis adalah Handoyo SAYA (salah seorang murid Sudjana Ardja) pada tahun 1890-an dan dipentaskan pertama kali di panggung budaya Sunyaragi Cirebon. Koreografer yang tekun di bidang tari dan gamelan ini merekayasa Tari Ronggeng Bugis sebagai telik sandi.
Membaca jejaring sosial facebook, manakala Doody Yulianto, dan mahasiswa ISIF Cirebon yang telah dibagi menjadi youtube menyoal Tari Ronggeng Bugis, kompilasi itu saya sesaat lagi: Sanggar Seni Sekar Pandan Keraton Kacirebonan pimpinan Elang Heri Komarahadi yang kerap mementaskan Ronggeng Bugis tidak boleh memeroleh banci. Jika benar Ronggeng Bugis adalah tari telik sandi, mengapa tidak dibuat tari spionase yang dipahamkan kepada masyarakat kesenian tradisi Cirebon. Sayang sekali komentar saya sudah dihapus entah oleh siapa.
Dengan demikian Tari Ronggeng Bugis tidak berhubungan langsung dengan sejarah yang diakui Kerajaan Cirebon dari Pajajaran. Rentang waktu dan jarak panjang orang Bugis dalam sejarah Cirebon seperti dikemukakan di atas, kiranya tidak sampai ke jenis tari yang mengandung penyamaran itu. Terlebih dahulu mula menyambut dan menyebarkan agama Islam di Tanah Cirebon khusus, diambil Syekh Syarif Hidayatullah Dakwah agama kultural Islam di tanah Jawa (termasuk Cirebon) tentu saja di masa awal penyebarannya mendukung pembangunan agama sesuai tuntunan yang dilihat Nabi Muhammad. Dakwah Islam melalui kultural dilakukan para auliapenyebar Islam melalui penetrasi budaya Hindu. Beberapa istilah ajaran Islam masuk ke dalam wayang kulit, wayang golek, tari tayub, dan penyampaian langsung pada Masres (sandiwara), dan sebagainya.
Tulisan pendek ini membahas antara lain untuk memposisikan kembali kesenian tradisi Cirebon secara proporsional dan tidak selalu dideduksi untuk sejarah Cirebon. Kesalahpahaman dapat terus meningkatkan sejarah kesenian tradisi dipertanyakan sebagai olah raga politik dan pemerintahan Kerajaan Cirebon kompilasi itu. Nampak jelas ada keinginan seniman untuk memuliakan para aulia (orang suci) penyebar agama, dan ini sah. Namun, upaya ini tidak dilakukan secara berlebihan, malah menyimpang dari ajaran agama.
Berharap semoga tulisan ini menggugah seniman, khususnya koreografer tari tradisi untuk mengalokasikan kesenian tradisi pada kedudukannya tanpa mematut-matut pada perjalanan sejarah yang diadakan tahun lalu. Biarlah catatan sejarah itu sebagai referensi, namun tetap kuat koreografer tetap yang utama. Tari ronggenh bugis merupakan sebuah tarian yang sangat unik karena tarian tersebut bebas hanya saja perlu meemperhatikan gimik wajah serta gerakan seadanya tetapi mengesankan.

0 komentar:

Posting Komentar