Pementasan
Ronggeng Bugis diiringi oleh gamelan/waditra yang terdiri atas kelenang, gong
kecil, kendang kecil, kecrek, dan saron. Para penari semuanya laki-laki yang
menggunakan kebaya berwarna menyolok dan terang. Sanggul kecil ditempelkan di
belakang kepala pada posisi miring. Make up mencolok dan gambar bibir yang
miring sehingga perpaduan seluruh hiasan yang digunakan memunculkan kesan lucu
yang mengundang tawa. Tata rias dan pakaian yang digunakan tidak selamanya baku.
Semua dapat berubah-ubah sesuai dengan bayangan kesan yang akan mengundang
gelak tawa penonton. Jumlah penari pada satu pementasan tidak ditentukan secara
khusus. Rata-rata berjumlah antara empat sampai dengan sembilan orang. Jumlah
penari akan disesuaikan dengan luas arena pertunjukkan.
Tarian Ronggeng Bugis juga mempunyai
pandangan unik dan melambangkan keagungan sekelompok prajurit Sunan Gunung Djati
dalam mengabdi kepada bangsa dan negaranya, walaupun cara apapun dilakukan
asalkan tidak melanggar ketentuan yang diajarkan oleh agama. Tari ini belum
terlalu dikenal oleh masyarakat. Jadi pada tahun 1990 setelah diajarkan di
Keraton Kacirebonan oleh Bapak Handoyo dengan dukungan Pangeran Yusuf
Dendabrata, maka tari Ronggeng Bugis ini bisa dikenal oleh masyarakat
luas. Dan mulai diinovasikan terutama pada acara festival Keraton Nusantara
juga selalu diikut sertakan di tahun 1994 di Yogyakarta. Nama Bugis yang
dikenal sebagian masyarakat, akan mengira jika tari Ronggeng Bugis ini berasal
dari Bugis, Sulawesi Selatan. Namun, itu hanyalah sebuah nama tarian yang
berasal dari Cirebon, Jawa Barat. Tarian yang di padu dengan gerakan tari komedi
ini dimainkan oleh satu atau beberapa penari laki-laki yang menggunakan busana
wanita. Busana yang digunakan adalah busana mirip badut yang memiliki kesan
lucu, sehingga tak jarang masyarakat yang melihat pun tertawa.
Gerakan yang dilakukan menimbulkan
kesan lucu, karena setiap gerakan mereka harus selalu waspada pada saat
menjalankan suatu penyamaran, takut diketahui oleh para musuhnya. Meskipun
dalam pelaksanannya lumayan sulit, karena terkadang sifat laki-lakinya muncul
pada saat menari. Pakaian nya terdiri dari semacam kemeja perempuan bermotif,
kain batik, slendang serta aksesoris seperti bunga yang diletakkan di kepala.
Tarian ini
memiliki daya tarik tersendiri, karena selain yang menari semuanya
laki-laki, gerak tubuh para penari ini terasa kaku dan menimbulkan kesan
lucu. Hal ini tidak terlepas dari tugas penyamaran yang mereka lakukan,
sehingga gerakan yang bersifat waspada pun harus tetap diperlihatkan pada
saat sedang menari, takut kalau penyamaran tadi diketahui oleh
musuh- musuhnya. Bagaimana pun mereka yang menari ini adalah para prajurit yang sudah terlatih di medan perang, sehingga sikap waspada perlu
terus ditingkatkan. Apalagi mereka membawa misi khusus guna mengetahui
kekuatan lawan. Ronggeng Bugis
juga merupakan salah satu jenis tarian yang merupakan tari yang berkembang di
Cirebon Jawa Barat.
0 komentar:
Posting Komentar