Awal Dikenalnya Tari Ronggeng Bugis Dalam Masyarakat

Asal mula tari ronggeng bugis dilatarbelakangi ketegangan yang terjadi antara Kerajaan Cirebon dengan Kerajaan Islam. Sunan Gunung Djati yang merupakan Raja Cirebon, saat itu menyuruh seorang kerabat kerajaan yang berasal dari Bugis untuk memata-matai atau melakukan telik sandi terhadap Kerajaan Pajajaran. Selama mengintai Kerajaan Padjajaran dengan membawa kesenian Ronggeng Bugis atau tari Telik Sandi, ternyata mereka banyak mendapat hasutan. Yaitu banyak informasi rahasia Kerajaan Pakuan Padjajaran berhasil disadap Kerajaan Islam Cirebon. Masyarakat tidak hanya menonton dan cukup merasa puas setelah menyaksikan tarian itu. Lebih dari itu, ada sejumlah nilai dan makna yang bisa digali dari sebuah tarian, termasuk dari tari ronggeng bugis atau telik sandi. Tarian yang merupakan bentuk penyamaran tentara Kerajaan Bugisdi daerah Kerajaan Pajajaran ini sepatutnya bisa digali dan dipahami.




Ronggeng bugis mempunyai pitutur sinandi suatu ajaran luhur, bahwa kita hendaknya hidup sederhana, panarima, berkarya, ulet, dan waspada. Ronggeng bugis yang dikembangkan di Cirebon bersifat islami dan memiliki keperwiraan. Tarian ini bukan untuk menonjolkan identitas yang tidak jelas secara kelamin/gender, yaitu antara laki-laki dengan perempuan atau banci, melainkan heroisme keperwiraan yang penuh dengan risiko, namun dikemas dengan cerdas dalam bentuk telik sandi/spionase. Menurutsebagian pendapat lisan, pasukan telik sandi ini dipimpin panglima wanita yang cantik, cerdas, dan gagah perkasa, yaitu Nyi Mas Gandasari yang berasal dari Kerajaan Aceh, murid Ki Sela Pandan, pendiri Cirebon.



Ronggeng bugis sebelumnya kurang dikenal masyarakat. Pada awal tahun 1990, setelah ronggeng bugis diajarkan di Keraton Kacirebonan oleh Handoyo dengan dukungan Pangeran Yusuf Dendabrata, maka ronggeng bugis mulai dikenal masyarakat. Ronggeng bugis dikembangkan pada Festival Keraton Nusantara. Kini tari ronggeng bugis telah berkembang pan dikenal masyarakat. Bukan hanya oleh masyarakat Kabupaten dan Kota Cirebon, tarian ini pun telah dikenal hampir seluruh masyarakat Jabar. Handoyo adalah orang yang berani mengembangkan dan memperkenalkan tarian Ronggeng Bugis kepada masyarakat luar Cirebon. Ketika festival keraton yang ke-2 di Solo. Bapak handoyo mengangkat tari Ronggeng Bugis untuk mewakili keraton kacirebonan, sehingga beliau memperkenalkan kembali melalui keraton kacirebonan tari Ronggeng Bugis ini. Gerakan tari Ronggeng Bugis juga dibuat lucu tetapi tetap mengandung makna simbolis. Gerakan Melihat.




Ronggeng Bugis sebelumnya kurang dikenal oleh masyarakat. Pada awal dekade tahun 1990 setelah Ronggeng Bugis diajarkan di Keraton Kacirebonan oleh Bapak Handoyo dengan dukungan Pangeran Yusuf Dendabrata, maka Ronggeng Bugis mulai lebih dikenal oleh masyarakat. Ronggeng Bugis dikembangkan terutama pada Festival Keraton Nusantara berikutnya tarian ini juga selalu diikutsertakan tahun 1994 di Yogyakarta. Pada acara festival keraton nusantara berikutnya tarian ini juga selalu diikutsetakan. Tarian ini juga dibawakan oleh duta budaya Pramuka STAIN Cirebon ke berbagai daerah seperti pada tanggal 22–30 September 2002 di Lampung Selatan, 23–31 Agustus di Kepulauan Seribu, tahun 2008 ke Palembang dan yang terbaru tari Ronggeng Bugis ini dipertunujukan pada festival di Jambi, tanggal sebelas Juni 2009 dibawah bimbingan Sanggar Kebon Kangkung dan Sanggar Sekar Pandan.




Tarian ini memiliki daya tarik tersendiri, karena selain yang menari semuanya laki-laki, gerak tubuh para penari ini terasa kaku dan menimbulkan kesan lucu. Hal ini tidak terlepas dari tugas penyamaran yang mereka lakukan, sehingga gerakan yang bersifat waspada pun harus tetap diperlihatkan pada saat sedang menari, takut kalau penyamaran tadi diketahui oleh musuh- musuhnya. Bagaimana pun mereka yang menari ini adalah para
 



prajurit yang sudah terlatih di medan perang, sehingga sikap waspada perlu terus ditingkatkan. Apalagi mereka membawa misi khusus guna mengetahui kekuatan lawan. Ronggeng Bugis juga merupakan salah satu jenis tarian yang merupakan tari yang berkembang di Cirebon Jawa Barat.
Terbentuknya dan lahirnya Tarian Ronggeng Bugis ini adalah sebagai samaran atau menyamar dalam kegiatan memata-matai musuh. Tari yang dimainkan oleh kaum laki-laki ini didandani seperti perempuan dan ditampilkan dalam bentuk sendra tari yang mengandung unsur humoris. Kata “Bugis” yang melekat pada nama tari Ronggeng Bugis ini identik dengan nama salah satu suku bangsa di Pulau Sulawesi bagian selatan selain suku bangsa Makassar, dan Toraja. Kaitan antara Kerajaan Cirebon dengan suku Bugis ini adalah bahwa orang-orang bugis telah menjadi bagian dari pasukan telik sandi Cirebon sehingga namanya menjadi Ronggeng Bugis.

           

0 komentar:

Posting Komentar