Tempat Pertunjukan dan Penonton





   Tempat pertunjukan Tari Ronggeng Bugis biasanya disebut dengan nama halaran atau pawai yang biasa ditampilkan di jalan raya atau tempat umum dan di panggung terbuka seperti yang ada di Gua Sunyaragi Cirebon. Namun setelah diakui sebagai tarian tradisi Cirebon dan hidup di dalam keraton, berkat bapak Handoyo(Alm) akhirnya Tari Ronggeng Bugis diangkat menjadi tari pertunjukan di atas panggug dengan kemasan gerak dan busana yang artistik. Panggung pertunjukan yang biasa digunakan untuk pementasan Tari Ronggeng Bugis berbentuk panggung terbuka. Panggung(pentas) terbuka berarti panggung berada di udara terbuka. Biasanya tidak ada batasan atau jarak antara penari dan penonton jika dipentaskan secara halaran, dan dapat pula diadakan disebuah panggung yanng tinggi atau landai dimana penonton berada dibawah atau di depan tempat tersebut.

    Penonton adalah bagian dari apresiator yang merupakan salah satu penentu Tari Ronggeng Bugis eksis atau diakui keberadaannya dimasyarakat dan disukai oleh masyarakat khususnya penikmat seni. Disetiap pertunjukan, Tari Ronggeng Bugis selalu menjadi salah satu tarian yang ditunggu-tunggu karena tariannya yang lucu sehingga dapat menghibur para penonton, sanggar pringgadhing mempunyai cara tersendiri untuk menempatkan Tari Ronggeng Bugis disetiap pertunjukannya.

  Tari Ronggeng Bugis ditampilkan menjelang penutup atau closing setiap acara. Ini menjadi salah satu cara agar penonton tetap berada ditempat pertunjukan sampai akhir acara dan menunggu-nunggu penampilan dari Tari Ronggeng Bugis,tarian jenaka yang pasti menghibur. Dari awal penampilan sampai akhir penonton dibuat tertawa seolah menikmati tarian tersebut. Selain itu para penari selalu melibatkan penonton untuk ikut menari bersama dalam sebuah adegan tari yang berpasangan. Penonton dibuat tertawa sepanjang tarian karena tingkah lucu dan konyol para penari. Maka disetiap pertunjukan sanggar pringgadhing pasti Tari Ronggeng Bugis menjadi salah satu tarian yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat atau penoton.

    Para penonton akan menikmati sajian cerita, gerak-gerak tubuh penari, musik,dan unsur-unsur seni yang hadir untuk menunjang pertunjukan Tari Ronggeng Bugis. Penonton merasakan kegembiraan dalam hatinya atas pertunjukan yang diapresiasi sesuai dengan pengalaman dan perasaan mereka. Dalam seni, tentu ada kalanya seni pertunjukan pada satu wilayah yang sama atau daerah yang sama, tidak bisa dipaksakan untuk diapresiasi oleh seluruh masyarakat yang ada dalam satu daerah tersebut, tidak semua masyarakat didaerah tersebut mengenal Tari Ronggeng Bugis. Disini bisa disimpulkan bahwa seni pertunjukan akan selalu ditonton,diapresiasi dan dapat berkomunikasi dengan pubrik seni itu sendiri yang memiliki minat,kepentingan atau kegemaran yang sama,namun seni tersebut akan tetap ada dan bertahan dengan sendirinya jika pelaku melestarikan bahkan bisa mengembangkanya seperti Tari Ronggeng Bugis yang sampai saat ini masih hidup dan diakui keberadannya oleh masyarakat serta sudah bisa berkembang, “kutipan wawacara dari Bapak Taufan dan Adi dalam acara Jaka Rara Kota Cirebon”

   “ Tari Ronggeng Bugis menurut beberapa penonton yang diwawancarai mengatakan kalau Tari Ronggeng Bugis tarian yang lucu,pasti membuat ketawa para penonton yang melihat. Dia menyukai tarian ini. Tariannya tidak membosankan karena tarian ini jenaka dan yang menarik laki-laki namun dengan menirukan gerakan perumpuan. Tarian ini menurut dia diminati oleh masyarakat Cirebon. Tari Ronggeng Bugis lucu,bagus,dia suka melihatnya. Dia pun tak menyesal jauh-jauh dari Cirebon Timur untuk menghadiri acara ini,dan teryata ada tarian humor yang dimilki oleh cirebon. Tari ini bisa ditonton untuk semua umur. Adi saja yang hadir bukan hanya mahasiswa dan orang-orang dewasa. Tapi anank-anak juga dan mereka semua merasa terhibur dan tidak jenuh saat melihat Tari Ronggeng Bugis.”

    Tari Ronggeng Bugis dikemas menjadi tari tradisi Cirebonyang memiliki aspek pertunjukan meliputi gerak, jumlah penari,iringan,tata busana,tata rias dan tempat pertunjukan yang berbeda dengan sanggar-sanggar lain,selain yang pertama mengangkat Tari Ronggeng Bugis menjadi sebuah tari pertunjukan merupakan pendiri sanggar pringgadhing,kemudian dengan adanya kemasan disetiap bentuk penyajian Tari Ronggeng Bugis di sanggar pringgadhing berbeda dengan sanggar lain. Diantaranya perbedaan bentuk penyajian yang dibawakan pada saat pentas dipanggung Halaran dan di panggung pertunjukan. Saat di Halaran pembukaan Tari Ronggeng Bugis diawali dengan para penari yang menyebar disela-sela penonton sehingga dapat membuat penonton untuk ikut menari bersama. Sedangkan pada saat pentas di atas panggung pertunjukan biasanya dibacakan synopsis tarian, kemudian suara musik terlebih dahulu dan keluar satu penari yang berperan sebagai komandan dan diikuti oleh penari lain menari sacara kompak.

    Untuk bisa membuat Tari Ronggeng Bugis disanggar pringgadhing tetap bertahan eksistensinya dan hidup dimasyarakat luas sebagai tari tradisi asli cirebon,salah satu cara agar Tari Ronggeng Bugis tetap eksis tanpa meninggalkan atau melupakan keaslian dari sejarahnya maka diatas telah dibahas bentuk pertunjukannya dimana Tari Ronggeng Bugis di sanggar pringgadhing tetap ditarikan oleh laki=laki dengan gerak perempuan, menggunkan rias dan busana seperti penari wanita namun dengan rias karakter yang lucu dan bisa dipentaskan diatas panggung pertunjukan maupun dalam pertunjukan helaran atau pawai sehingga tetap menjadi tarian yang menghibur dan disukai banyak penonton.

     Eksistensi Tari Ronggeng Bugis dikatakan pula oleh wali murid yang anaknya belajar disanggar pringgadhing,mereka merasa bangga jika anak-anak mereka dapat menarikan Tari Ronggeng Bugis,karena tariannya yang lucu sehingga dapat menghibur banyak orang. Selain itu anak-anak mereka bisa membawa nama baik sekolahnya karena Tari Ronggeng Bugis yang biasanya dilombakan di cirebon atau mengisi dalam acara pentas seni sekolah mereka.
 
   Tari Ronggeng Bugis temasuk tarian jenaka, yang lucu dan menghibur. Berbeda dengan tari Ronggeng lain, tari Ronggeng Bugis ditarikan oleh laki-laki, selain itu keberadaan tari Ronggeng Bugis sendiri sudah diakui oleh masyarakat Cirebon kota dan Cirebon barat. Masalah penelitian yaitu Bagaimana Eksistensi Tari Ronggeng Bugis di Sanggar Pringgadhing Plumbon Cirebon.  

   Maka tujuan penelitian ini adalah untuk dapat mengetahui, dan mendeskripsikan bagaimana eksistensi tari Ronggeng Bugis di Sanggar Pringgadhing Plumbon Cirebon.Teknik pengumpulan data melalui observasi mengenai tempat penelitian dan bentuk pertunjukan tari Ronggeng Bugis, kemudian wawancara dengan beberapa sumber yaitu ketua sanggar, dinas pariwisata dan budaya Kabupaten Cirebon, kepala sekolah, penari, pelatih, dan penonton. dan dokumentasi penelitian maupun dokumentasi peneliti. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tari Ronggeng Bugis di Sanggar Pringgadhing masih eksis dan dikenal oleh masyarakat Cirebon. dengan pembuktian adanya pementasan tari Ronggeng Bugis sampai tahun 2017 ini. Serta adanya kerjasama dengan instansi pemerintahan seperti dinas kebudayaan dan sekolah, dengan tujuan melestarikan kebudayaan Cirebon dan sebagai sarana pendidikan.Keberadaan tari Ronggeng Bugis sendiri sudah diakui oleh masyarakat Cirebon kota-kota  dan Cirebon barat. Sedangkan di Cirebon timur nama tari Ronggeng Bugis cukup asing dan tidak banyak orang mengetahui salah satu tari tradisi Cirebon tersebut Dan masyarakat.

0 komentar:

Posting Komentar